PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA PENJAJAHAN
Hampir
genap empat abad Indonesia mengalai penjajahan oleh Negara asing. Peristiwa ini
terjadi antara abad awal abad XVI M ingga pertengahan abad XX M. atunya malaka
ketangan portugis pada tahun 1511 M merupaka awal penjajahan politik terhadap
nusantara. Peritiwa ini seiring dengan melemahnya pengaruh kerajaan Islam
samudera Pasaiyang ditandai bergesernya perdaganga di selat Malaka ke pelabuhan
Aceh, disamping kehancuran kerajaan amudera pasai akibat serangan majapahit
pada masa sebelumnya(1349 M). Portugis menguasai malaka selama beberapa tahun
meskipun akirnya harus menyingkir akibat perlawanan kerajan kerajan di
nusantara. Meskpun penyerangan pada tahun 1513 Myang di pimpin Pati Unusdari
kerajan islam dmak gagal, akan tetapi peperangan selautnya pada tahun 1527 M di
Banten yang dipimpin Fatahillah(faletahan) atas perintah sultan trenggono
berhasil menylamatkan banten dari cengkraman portuis.
Tahun
1596 MBelanda dibawah pimpinan cornelis De HOutman menginjak kakinya di
pelabuhan Banten, kedatangan ini merupakan kedatagan kali prtama belanda
diIndonesia yang kemudian disusul ekspesi-ekspedisi selanjutnya cara
bergelombang dan betahap.
Belanda
juga ikut mendesak kekuatan Portugis yang ian melemah, sehingga pada tahun 1750
M Belanda berhasil megkonsolidasikan kekuasan aas Indonesia. Kenyatan ini
dierima oleh kelompok ulama sebagai sesuatu yang harus dihadapi. Perlawanan
Terhadap belanda merupakan kata kunci perjugan ulama di Indonesia pada masa
itu.
Selama
tiga setenga abad menjajah Indoesia, Belanda menjalankan politi denang cara
memecah belah antar suku, antardaerah, antargolongan, antar agama, hkan antar
sesame kaum muslim. Akibatnya ersatuan bangsa menjadi tercerai berai kekuatan
islam menjadi lumpuh. Secara keagamaan ulama ulama dengan tegas menoladan
mengajak rakyat Indonesia untuk idak berperilakudan berpenamplan seperti
belanda yang dianggap kafir. Menyerupai seagian dari cara hidup mereka
dikategorikan sebagai bagian dari gologan mereka.
Dalam
perjalanan sejarah Indonesia,peran ulama dalam perjuangan kemerdekaan melawan
penjajah memang besar. Di bawah pimpinan para ulama, rakyat terhadap penjajah
indonsia berhasil melakukan perlawanan patriotic.
Kemnculan
tokoh-tokoh pahlawan islam sekaligus ulama seperti sultan hasanudin di
Sulawesi, pageran hidayat, dan pangeran antasari di Kalimantan, Teuku Umar,
Teuku Cik Ditiro,Cu Nyak Dien,Tuanku Imam Bonjol di Sumatra, Sultan agung
Anyokrokusumo dan Pangeran di Ponogoro dijawa selalu memegang peranan penting
dalam perjuangan kemerdekaaan melawan penjajajah.
Namun
pada kenyaanya, sifat dan cok perlawanan- perlawnan yang dilakukan pada masa
itu asih bersifat kedaerahan. Maka engan kondisi seperti itu sulit untk
mendapatkan pemimpin yang sentral dan kokoh. Akibatnya imperialism/penjajahan
mampu bertahan lama di Indonesia. Kekuatan isam yang masih terpencar diberbagai
daerah menyebabkan tidak mampu menggalang perlawanan serentak terhadap
penjjahan Belanda.
Sala
satu cara yang diterapkan ulama adalah dengan mendirikan pondok pesantren,
madrasah, langgar atau mushollantujuan adalh
membaun basis pertahanan dan kekuatan di kalangan kaum muslim dari
serangan kaum penjajajah dan menyelamatkan sisa-sisa kekuatan umat untuk
menyusun kekuatan perlawanan. Perjuangan melalui jalur pndidikan oleh ulama
dalam jangka panjang sangat menguntungkan. Sebab selain memupuk jiwa keislaman,
juga mampu membangun persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia daa melakukan
perlawanan terhadap penjajah elanda.
Disamping
melaluperuangan politik dan pendidikan, para ulama juga memperjuangkan
kemerdekan Indonesia melalui revousi fisik. Revolusi fisik yang dilakukan
adalah dengan pembentukan pertahanan di pondok-pondok pesantren, madrasah, dan
organisasi. Rjuangan dengan cara ini akhirnya menghasilkan kader- kader isla
yang siap untuk melakukan perjuangan bagi tanah air.
Sistem
perjuangan melawan penjajah datas tidak hanya diterapkan melawan Belanda saja,
akan tetapi juga penjaj jepang yang secara kejam menjajah bangsa Indonesia Hal
ini di buktikan terkait kedatangan tentara nipon dari jepang pada maret
1942nyang semula di sambut hangat oleh bangsa Indonesia, namu ketika tentara
jepang menunjuan kekejamanya dan kebrutaanya. Sambutan hangat ini berbah
menjadi kebencian. Sikap jepang ini tampak dari dekrit yang dikeluarkan oleh
panglima tetara jepang pertama di Jawa, letnal jenral Imamura, yang melarang
aktivitas politik bangsa Indonesia dengan sanksi hukuman bagi yang melawanya.
KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Mahfud Siddiq adalah diantara ulama yang melawan dan
dipenjara oleh tentara jepang.
Namun
demikian, sikap ulama terhadap jepa lebih mengedepankan sikap lunak dan
diplomatis di banding terhadapbelanda. Sikap ini diambil untuk mempermudah
memperoleh kemenangan akhir bangsa Indonesia tanpa harus menambah banyak korban
lagi. Sikap diplomatis ini bkan berarti menyerah, akan tetap merupakan siasat
politik engalahkan lawan.
Rangkaian
perjuangan panjang dan melelahkan yang dilakukan bangsa Indonesia di bawah
pimpinan ulama di atas, terbukti bangsa Indonesia mampu mengusir penjajah
portugis,Belanda, dan jepang hingga erujung pada kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945.
No comments:
Write comments